Fakih Expressions Room
Blog berisi segala ekspresi pribadi akan seni grafis

Pengertian berbagai file gambar

07.22
PSD (Photoshop Document)
Format file ini merupakan format asli dokumen Adobe Photoshop. Format ini mampu menyimpan informasi layer dan alpha channel yang terdapat pada sebuah gambar, sehingga suatu saat dapat dibuka dan diedit kembali. Format ini juga mampu menyimpan gambar dalam beberapa mode warna yang disediakan Photoshop. Anda dapat menyimpan dengan format file ini jika ingin mengeditnya kembali.

BMP (Bitmap Image)
Format file ini merupakan format grafis yang fleksibel untuk platform Windows sehingga dapat dibaca oleh program grafis manapun. Format ini mampu menyimpan informasi dengan kualitas tingkat 1 bit samapi 24 bit. Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel serta ada kendala dalam pertukaran platform. Untuk membuat sebuah objek sebagai desktop wallpaper, simpanlah dokumen Anda dengan format file ini. Anda dapat mengkompres format file ini dengan kompresi RLE. Format file ini mampu menyimpan gambar dalam mode warna RGB, Grayscale, Indexed Color, dan Bitmap.

EPS (Encapsuled Postcript)
Format file ini merupakan format yang sering digunakan untuk keperluan pertukaran dokumen antar program grafis. Selain itu, format file ini sering pula digunakan ketika ingin mencetak gambar. Keunggulan format file ini menggunakan bahasa postscript sehingga format file ini dikenali oleh hampir semua program persiapan cetak. Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel, sehingga banyak pengguna Adobe Photoshop menggunakan format file ini ketika gambar yang dikerjakan sudah final. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, Lab, Duotone, Grayscale, Indexed Color, serta Bitmap. Selain itu format file ini juga mampu menyimpan clipping path.


JPG/JPEG (Joint Photographic Expert Group)
Format file ini mampu mengkompres objek dengan tingkat kualitas sesuai dengan pilihan yang disediakan. Format file sering dimanfaatkan untuk menyimpan gambar yang akan digunakan untuk keperluan halaman web, multimedia, dan publikasi elektronik lainnya. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale. Format file ini juga mampu menyimpan alpha channel, namun karena orientasinya ke publikasi elektronik maka format ini berukuran relatif lebih kecil dibandingkan dengan format file lainnya.
JPEG adalah metode standar yang digunakan dalam pengkompresian untuk photograpics images. JPEG singkatan dari Join Photographics Expert Group sebuah kelompok yang membikin standar pengkompresian tersebut. JPEG di buat untuk loosy compression images. Umumnya file file yang berformat JPEG mengunakan extensi .jpeg, .jpg, .jpe, .jfif, jif. Selain itu JPEG juga mampu memberikan warna dengan kedalaman 24 Bits atau setara dengan 16 juta warna. JPEG tidak ditujukan dalam urusan file audio.
Format JPEG (Joint Photographic Expert Group) adalah salah satu alternatif selanjutnya yang dapat kita pakai untuk memperoleh sebuah hasil yang memuaskan. Kelebihan dari format JPEG (baca jey-peg) adalah, dukungan warna yang lebih dari 16 juta atau 24 bit, sehingga hasil yang maksimal dari sebuah gambar dapat diperoleh fitur kompresi kualitas gambar yang ditawarkan membuat saya dapat memilih besar kecilnya file gambar yang akan dihasilkan nantinya dan tersedianya fitur Progressive JPEG, yang mirip seperti interlacing pada GIF.

GIF (Graphic Interchange Format)
Format file ini hanya mampu menyimpan dalam 8 bit (hanya mendukung mode warna Grayscale, Bitmap dan Indexed Color). Format file ini merupakan format standar untuk publikasi elektronik dan internet. Format file mampu menyimpan animasi dua dimensi yang akan dipublikasikan pada internet, desain halaman web dan publikasi elektronik. Format file ini mampu mengkompres dengan ukuran kecil menggunakan kompresi LZW. Format GIF (Graphic Interchange Format) merupakan format file yang paling banyak disarankan dan digunakan. Kelebihan Format ini antara lain adalah : ukuran file yang dihasilkan relatif kecil mampu menggabungkan beberapa gambar menjadi satu kesatuan dan menampilkannya secara bergantian (animasi), warna latar belakang dapat dibuat ransparan dan danya teknologi interlacing yang akan membuat sebuah file di load secara utuh dengan kualitas yang ditampilkan secara bertahap.

TIFF (Tagged Image Format File)
Format file ini mampu menyimpan gambar dengan kualitas hingga 32 bit. Format file ini juga dapat digunakan untuk keperluan pertukaran antar platform (PC, Machintosh, dan Silicon Graphic). Format file ini merupakan salah satu format yang dipilih dan sangat disukai oleh para pengguna komputer grafis terutama yang berorientasi pada publikasi (cetak). Hampir semua program yang mampu membaca format file bitmap juga mampu membaca format file TIF.

PCX
Format file ini dikembangkan oleh perusahaan bernama Zoft Cooperation. Format file ini merupakan format yang fleksibel karena hampir semua program dalam PC mampu membaca gambar dengan format file ini. Format file ini mampu menyimpan informasi bit depth sebesar 1 hingga 24 bit namun tidak mampu menyimpan alpha channel. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, Grayscale, Bitmpa dan Indexed Color

PDF (Portable Document Format)
Format file ini digunakan oleh Adobe Acrobat, dan dapat digunakan oleh grafik berbasis pixel maupun vektor. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, Indexed Color, Lab Color, Grayscale dan Bitmap. Format file ini tidak mampu menyimpan alpha channel. Format file ini sering menggunakan kompresi JPG dan ZIP, kecuali untuk mode warna Bitmap yaitu menggunakan CCIT.

PNG (Portable Network Graphic)
Format file ini berfungsi sebagai alternatif lain dari format file GIF. Format file ini digunakan untuk menampilkan objek dalam halaman web. Kelebihan dari format file ini dibandingkan dengan GIF adalah kemampuannya menyimpan file dalam bit depth hingga 24 bit serta mampu menghasilkan latar belakang (background) yang transparan dengan pinggiran yang halus. Format file ini mampu menyimpan alpha channel. Format PNG (Portable Network Graphic), Adapun beberapa kelebihan dari format tersebut adalah, punya semua kelebihan GIF, kecuali animasi, fitur Interlacing 2 dimensi yang terbukti lebih baik jika dibandingkan dengan interlacing milik GIF tersedianya 2 format file yaitu PNG8 (256 warna) dan PNG24 yang membuat desainer dapat lebih leluasa memilih kualitas gambar dan teknik kompresi lossless yang digunakan akan menghasilkan ukuran file yang kecil dengan tidak mengalami penurunan kualitas gambar, bandingkan dengan JPEG yang menggunakan teknik kompresi lossy yang dipastikan akan membuat kualitas gambar menurun.

PIC (Pict)
Format file ini merupakan standar dalam aplikasi grafis dalam Macintosh dan program pengolah teks dengan kualitas menengah untuk transfer dokumen antar aplikasi. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dengan 1 alpha channel serta Indexed Color, Grayscale dan Bitmap tanpa alpha channel. Format file ini juga menyediakan pilihan bit antara 16 dan 32 bit dalam mode warna RGB.

TGA (Targa)
Format file ini didesain untuk platform yang menggunakan Targa True Vision Video Board. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dalam 32 bit serta 1 alpha channel, juga Grayscale, Indexed Color, dan RGB dalam 16 atau 24 bit tanpa alpha channel. Format file ini berguna untuk menyimpan dokumen dari hasil render dari program animasi dengan hasil output berupa sequence seperti 3D Studio Max.

IFF (Interchange File Format)
Format file ini umumnya digunakan untuk bekerja dengan Video Toaster dan proses pertukaran dokumentasi dari dan ke Comodore Amiga System. Format file ini dikenali hampir semua program grafis yang terdapat dalam PC serta mampu menyimpan gambar dengan mode warna Bitmap. Format file ini tidak mampu menyimpan alpha channel.

SCT (Scitex Continous Tone)
Format file ini digunakan untuk menyimpan dokumen dengan kualitas tinggi pada computer Scitex. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale namun tidak mampu menyimpan alpha channel.

PXR (Pixar)
Format file ini khusus untuk pertukaran dokumen dengan Pixar Image Computer. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dan Grayscale dengan 1 alpha channel.

RAW
Format file ini merupakan format file yang fleksibel untuk pertukaran dokumen antar aplikasi dan platform. Format file ini mampu menyimpan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale dengan 1 alpha channel serta mode warna Multichannel, Lab Color dan Duotone tanpa alpha channel.

DCS (Dekstop Color Separation)
Format file ini dikembangkan oleh Quark dan merupakan format standar untuk .eps. Format ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna Multichannel dan CMYK dengan 1 alpha channel dan banyak spot channel. Format file ini mampu menyimpan clipping path dan sering digunakan untuk proses percetakan (publishing). Ketika menyimpan file dalam format ini maka yang akan tersimpan adalah 4 channel dari gambar tersebut dan 1 channel preview.




FORMAT KOMPRESI
Beberapa program terutama yang berorientasi pada publikasi elektronik dan multimedia selalu memerlukan format file yang berukuran kecil agar ketika dibuka tidak akan lambat. Untuk keperluan tersebut diperlukan kompresi. Berikut ini format file yang berorientasi publikasi elektronik dan multimedia dengan kompresinya masing-masing.

RLE (Run Length Encoding)
Kompresi ini mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detail. Digunakan oleh Adobe Photoshop, TIFF dan sebagian besar program yang terdapat dalam Windows.

LZW (Lemple-Zif-Welf)
Sama seperti kompresi RLE, kompresi ini juga mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detail. Kompresi ini digunakan oleh TIFF, PDF, GIF, dan format yang mendukung bahasa postscript. Kompresi ini sangat baik untuk mengkompres gambar dengan area besar yang menggunakan 1 warna.

JPG (Joint Photographic Experts Group)
Format ini mengkompres file dengan menghilangkan detail. Format file ini sering digunakan oleh JPG, PDF, dan format yang menggunakan bahasa postscript. Kompresi ini sangat baik digunakan untuk gambar dengan continous tone seperti foto.

CCIT
CCIT merupakan singkatan dari bahasa Perancis yang dalam bahasa Inggris disebut International Telegraph and Telekeyed Consultive Commitee. Kompresi ini digunakan untuk mengkompres gambar hitam putih, dan mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detailnya. Kompresi ini sering digunakan oleh PDF dan format lain yang menggunakan bahasa postscript
Read On 0 komentar

Tutorial : membuat Brush di photoshop

08.13
Membuat dan menambah ornamen-ornamen di photoshop untuk mempercantik hasil artwork kita di photoshop salah satu pilihan'a adalah dengan menggunakan tool brush...

nah dalam tutorial ini kita akan mempelajari cara membuat brush di photoshop

nah ini Link-nya
http://www.ziddu.com/download/3826717/MembuatBrushDiPhotoshop.pdf.html
Read On 0 komentar

Tutorial Photoshop : Membuat dirimu terbakar

07.40



merupakan gbungan skill blending mode, retouching foto, n montage di photoshop.

bagi Kamu yg pengn tau gimana cara bikin foto kya gini download tutorialnya dlm bntuk *PDF.

nih link'a
http://www.ziddu.com/download/3784540/MembuatDirimuTerbakar.pdf.html
Read On 2 komentar

LOMBA POSTER BI

07.09

yeah ni gambar poster gw wktu ikut lomba poster BANK INDONESIA,,,
walau kalah yg pnting gw dah brusaha smaksimal mungkin...
n bagi yang menang selamat yaaaa!!! traktir2 neh...

gw ambil judul syariah yg gw ibaratin telor dan pelangi...
sebener'a ada 2 poster yang gw bikin brhbung file'a rusak jd g bisa gw posting dah...
hehehehehe....
Read On 3 komentar

lomba Poster BI

06.23
LOMBA POSTER BANK INDONESIA

tema poster "Aku dan Bank" yang isinya merupakan ekspresi, pengalaman maupun persepsi masyarakat terhadap produk dan jasa perbankan antara lain: Tabungan, Kartu Kredit, ATM, Customer Service, Kasir, Kredit Tanpa Agunan dan Produk Bank Syariah.

Kategori Peserta: Wartawan (Kode PW), Mahasiswa (PM), Pelajar Sekolah Menengah Umum (PA), Pelajar Sekolah Menengah Pertama (PP), dan Mayarakat Umum (PU).

Syarat Pembuatan Poster:

1. Poster dibuat sesuai dengan tema yang dipilih, merupakan karya asli yang dapat dipertanggungjawabkan, belum pernah dilombakan atau dipublikasikan

2. Peserta dapat mengirimkan maksimal 3 poster

3. Ukuran A-3

4. Poster berwarna dan menarik

Kriteria Penilaian:

1. Kesesuaian gambar dengan tema yang dipilih

2. Kejelasan pesan yang disampaikan

3. Unik

4. Kreatifitas

Peserta Wajib:

1. Mengirimkan poster asli dalam bentuk hardcopy dan/atau softcopy kepada panitia dalam amplop tertutup dengan pojok kiri atas diberikan kode kategori peserta

2. Mencantumkan nama, nomor telpon/HP, alamat surat dan kode peserta pada bagian belakang poster

3. Melampirkan fotocopy tanda pengenal (KTP, Kartu Pelajar, KArtu Mahasiswa, atau Kartu Wartawan)

Lomba tertutup bagi keluarga besar Dewan Juri dan Bank Indonesia

Dewan Juri terdiri atas:

Anggota kelompok kerja edukasi perbankan

Semua materi yang diterima panitia menjadi hak milik panitia, dan panitia dapat menggunakan materi tersebut untuk kepentingan apapun

Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat

Hadia Lomba:

Kode ; PP & nbsp; PA & nbsp; PM & nbsp; PW & nbsp; PU

Juara I &n bsp; 7,5 jt 10 jt 12,5 jt 15 jt & nbsp; 15 jt

Juara II & nbsp; 5 &nb sp; 7,5 10 & nbsp; 12,5 ; 12,5

Juara III 3 5 7,5 10 10


Batas waktu penerimaan poster selambatnya pada tanggal 30 November 2008 stempel pos yang dialamatkan ke:

Panitia Lomba Pembuatan Poster Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan, Tim API - Lantai 2 Gedung Radius Prawiro Bank Indonesia, Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10110

Pemenang lomba akan diumumkan melalui surat dan website Bank Indonesia (www.bi.go.id) pada tanggal 22 Desember 2008.







waw lumayan neh hadiahnya klo gw menang sih buat bli kamera DSLR..

yaa mudah-mudahan aja menang...

kli ini konsep poster gw pke foto plus photoshop...

jdi ada foto telor pecah trus muncrat pelangi gitu...



huaaa ikut neh lumayan..

Read On 0 komentar

DG2

07.05
Napak Tilas Desain Grafis Indonesia


“… it is necessary for designers to have the grounding provided by historical knowledge to avoid reinvention and pagiarism.” - Steven Heller, Graphic Design History

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1600-an

The art of printing was introduced into the archipelago in the 1600s. The two factors that brought about the establishment of the printing press under Dutch rule were:

• To multiply the legal regulations contained in official proclamations on a large scale by printing them, since this saved both time and money.
• The Dutch Reformed Church, to pursue its missionary work among the natives, had urgent need of books and tracts for educational work, while one of its chief aims was a vernacular translation of the Holy Scriptures.

dgi-1.gif

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1744

Iklan pertama di Jakarta (baca: Batavia) muncul pada tanggal 17 Agustus 1744 bersamaan dengan terbitnya surat kabar pertama oleh pemerintah Hindia Belanda. Iklan itu, awalnya adalah sebuah berita yang ditulis indah dengan tangan oleh Jan Pieterzoen Coen (Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629), dengan judul Memorie De Nouvelles, yang ditujukan kepada pemerintah setempat di Ambon untuk melawan aktivitas perdagangan Portugis. Tulisan itu kemudian dipasang sebagai iklan oleh karyawan sekretariat kantor Gubernur Jenderal Imhoff, Jourdans di surat kabar Bataviaasche Nouvelles.

Sumber: “Sejarah Periklanan Indonesia 1744-1984″, Bab I, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1825

The deployment of advertising to promote was also used by merchants to bolster up their sales. In 1825, advertisements of traditional medicines were found in the pages of Tjabaja Siang, a local newspaper in Minahasa. Tjabaja Siang was the first publisher owned by the native people. Its advertisements were also published in some media in The Netherlands.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1870

First Brochures
The growth of advertising during the Dutch Indies period had a lot to do with the growth of the economy in the region. In 1870, many Dutch investors came to invest their money in plantation and mine industries. The situation forced them to form a research foundation in order to extend and accumulate their capital. Suikersyndicaat, a sugar association, was one of them. They were the first organization that made promotional brochures to attract prospective investors. Another organization was the Javaasche Bank which also used printed materials as the media of promotion. The brochures and booklets were mostly printed by G.C.T. van Dorp & Co, which was located in Jakarta, Semarang and Surabaya.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1893

Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Percetakan Negara di Jakarta, pada waktu itu yang terbesar di Asia. Sementara itu di seluruh Indonesia sudah terdapat 6500 percetakan, 2700 di antaranya terdapat di Jakarta. Industri grafika dan dunia penerbitan di Indonesia pada waktu itu sudah mulai menyadari pentingnya desain grafis.

Laribu Meyoko, sekretaris Percetakan Negara: “Mengapa desain itu penting? Barang cetakan sama seperti manusia: penampilan lahiriahnya yang penting. Untuk memberi kesan yang baik, untuk menarik perhatian, untuk memberi kepercayaan. Desain grafis di Indonesia mempunyai masa depan gemilang.”

Sumber: Buku “Nederland Indonesia, 1945-1995, Suatu Pertalian Budaya”, [Z]OO produkties, Den Haag, 1995, hal. 165.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1901

N.V. Tjong Hok Long was the first ad agency founded in 1901 by the Chinese. In the beginning they created many ads for comic books which were also printed by the agency. Later, they created ads for other products such as batiks, soaps, cigarettes, and medicines. The ads they produced were mostly handwritten and very plain.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1905

In 1905, Aneta, a news agency was founded. The agency had its own advertising department and was very advanced not only in facilities but also in the manpower that came from Europe. Some of its creative people were F. Van Bemmel, Is. Van Mens and Cor van Deutekom who did advertisements for big clients such as Bataafche Petroleum in Surabaya, General Motors and Koninklijke Pakevaart Maatschappij in Batavia.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Pre-Japanese Occupation

The world economic depression in 1929-1930 had a big influence on the advertising industry in the Dutch Indies. Many foreign companies had to stop their campaigns and big agencies lost a lot of money. But many smaller agencies still survived because most of their clients came from small industries like cigarettes, soaps and powders. The situation got better in the years 1930-1942. Industries were back in shape. Many products were imported from Europe and US like Ford cars, Philips radios, and several other brands from watches, milk to health products. Many advertising agencies were keen again. Some of them even started to apply a ‘new method’ to their ads which is now called product/brand positioning. Success Advertising, for example, positioned its client, Philips, as a brand for economical products. And so was the Listerine ad, which positioned itself as the toothpaste to cure any dental problems. The ad used a Caucasian male model, smiling widely, showing his healthy, clean, white teeth.

Until 1940, manufactured products dominated the Dutch Indies market. Most of them were everyday products or home appliances imported from Europe, Japan and US.

Source: Sejarah Periklanan Indonesia

dgi-2.gif

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1980

Pada tanggal 16-24 Juni 1980 di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, jalan Menteng Raya 25, Jakarta diselenggarakan pameran desain grafis oleh tiga desainer grafis Indonesia: Gauri Nasution, Didit Chris Purnomo dan Hanny Kardinata, bertajuk “Pameran Rancangan Grafis ‘80 Hanny, Gauri, Didit”. Pameran ini membawa misi utama memperkenalkan profesi desainer grafis ke masyarakat luas serta tercatat sebagai pameran desain grafis pertama di Indonesia yang diadakan oleh desainer-desainer grafis Indonesia (”Pameran Rancangan Grafis Hanny, Gauri, Didit - Mau Merubah Dunia”, Agus Dermawan T, Kompas, 25 Juni 1980, hal. 6). Pameran ini menampilkan bukan saja hasil akhir produk desain grafis (logo, tipografi, layout majalah, ilustrasi, poster, sampul buku, sampul kaset dll), tetapi juga proses kreatif serta proses cetaknya.

Pameran Rancangan Grafis ‘80 Hanny, Gauri, Didit. Ki-ka: Didit, Hanny dan Gauri.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1980

Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI) terbentuk pada tanggal 25 April 1980 dan diresmikan pada tanggal 24 September 1980 bersamaan dengan diselenggarakannya sebuah pameran besar bertajuk “Grafis ‘80” di Jakarta.

Badan Pendiri yang terdiri dari 9 orang: Sadjiroen, Sutarno, Suprapto Martosuhardjo, SJH Damais, Bambang Purwanto, Chairman, Wagiono, Didit Chris Purnomo dan J Leonardo N merumuskan program kerja dan membentuk pengurus sementara dengan susunan sebagai berikut:
Ketua: Wagiono
Wakil Ketua: Karnadi
Sekretaris 1: Didit Chris Purnomo
Sekretaris 2: J Leonardo N
Bendahara: Hanny Kardinata
Dibantu beberapa koordinator bidang:
Pameran: FX Harsono, S Prinka
Publikasi dan Buletin: Tjahjono Abdi
Hubungan Masyarakat: Agus Dermawan T
Dokumentasi dan Perpustakaan: Helmi Sophiaan
Pendidikan dan Ceramah: Hanny Kardinata

Perjalanan IPGI selanjutnya bisa diikuti pada “Sejarah IPGI-Upaya Menumbuhkan Apresiasi”.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1990-an

SEKILAS KOMIK INDONESIA
Since 1996 the ‘National Comic Week’ has presented a yearly celebration of formally published (that is, those with ‘permission’ and slick presentations) Indonesian-made comics. In other words, it glorifies bad marketing, lack of distribution, limitations, translations, Western copies, censorship, ideological repetition, and the ‘Golden Age’ (legend and silat comics from the 60s and 70s). In 1999 local independent or underground comics were first permitted to appear in the festivities. Independents are those comics created by admirers of the art or those who simply choose to express themselves through the medium. These mini comics are ‘self-published’, meaning they are photocopied, distributed amongst friends, and occasionally sold in local shops. Illegal prior to May 1998, by the 1999 Comic Week, fifteen ‘studios’ or groups from Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya and Denpasar were actively making and self-publishing comics. With the idealism of the moment, mixed with the thrill of legitimacy and finally seeing their work in the same exhibition space as the great Indonesian komikus (Jan Mintaraga, RA Kosasih and others), Wahyoe Soegijanto, head of the Indonesian Comic Community (MKI) claimed great things for indie comics - while maintaining New Order discourse: “We’re moving ahead step by step to advance Indonesian comics as our contribution to the development of Indonesia”. By the 2000 exhibition, however, these independents were already reduced in number and confined to one corner of the hall.

What is so important about comics? For one, Indonesians love them and have a long, fond history of growing up with them. But if comics mirror the environment in which they appear, the ‘Golden Age’ was a time of heroes and legends, whereas now Indonesia is an occupied nation. Very few komikus have found their own voice under reformasi. The vast majority of comics on display at the 2000 Expo this past February were copies of western comics in terms of art, story, design, location, characterization, and even language.

Rendra had once described freedom of expression as a reflection of the artist’s degree of contact with the people, life, and nature, an ability to express the truth, or soul of society. So why are most Indonesian comics utterly removed from any direct contact with the everyday world? With reformasi, comics have the potential to reflect social and political life way beyond other types of communication. Where are these models of contemporary culture we would expect to see in such a genre? Now let’s go back to that little indie corner of the exhibition and see what comics look like when freed from the stranglehold of slick presentation or censorship.

First, there were the classics. Self-published comics had been a trend on campuses since 1994. By 1996 groups of Yogyakarta-based art students compiled their efforts into Core Comic, Komik Selingkuh, Kiri Komik, Petak Umpet Komik, and Komik Haram out of love for the medium, the need for self-expression, and in a vain attempt to revive a much missed local tradition. For the most part, and precisely like indies anywhere else in the world, they remain economically utterly unsuccessful. Like indie artists elsewhere too, many are self-conscious about presenting their work in public, evidenced by opening statements that justify their efforts as socially useful, “Jakarta the hot and filthy can be transformed into a comic!!” (Komec Perjoeangan, 1999, Rudi H.), or avoid criticism by referring to the comic as garbage and without meaning (Rampok, 1999, by Emte).

The indie theme in the pre-Reformasi era was predominantly despair. One of the earliest (1996) in the group comic output was Komik Selingkuh (Deception). This comic-cum-manual is entirely devoted to deception with the ultimate goal of luring someone into sexual engagement. Success or failure both lead to the same ending: a fight with the wife, financial debt, unwanted children, divorce, misery, suicide, and the comfort and joy of imagining and/or doing the whole sex scene again. Regardless of the consequences, sex as the reward for a good deception heavily outweighs the negatives, at least in terms of its presentational build-up within the comic.

Core Comics (1996) self-published a series called Berteman dengan Anjing (Befriending Dogs). Each volume contains compilations that conform to various dog themes, nearly all violent: dogs as mad scientists, dog heaven where dogs curse at and abuse people, space dogs fall in love with earth women, and others too weird to identify. Tanggaku Kirik (My Neighbor is a Puppy) compiles stories based in dog worlds, where humans are the beasts, and dog dreams, aspirations for love, to become human, or to just survive. As a whole, nearly every story has a sad ending where man beats dog or dog aspires to greatness and fails.

Most of the New Order era indies share this pessimism, while, and totally unlike indie comics in Australia or the States, avoiding any sense of a self within the social environment. By 1999, however, indies are beginning to show more autobiographical work, based on ‘the material at hand’ turned into a story or just a simple exposé of life. Not all of it is depressing or pornographic either as seen in the Komec Perjoeangan by Rudi H. His inscription reads “Indonesia pancen Oke Lho” (Indonesia is definitely OK, you know), and the comic reveals tidbits of the young man’s life and experiences that are thoroughly normal and ‘definitely OK’.

Nowhere to be seen at the 2000 Comic Expo was the work of the Yogya-based comic and organizational wizard, Bambang Toko. Bambang was the organizer for Core Comic and later moved to the far more interesting Apotik Komik. While extremely active makers of comics as autobiography, full of word plays and local trends, Apotik Komik also has taken comics to the streets through their humorous posters and by decorating walls and billboards. Their collective works have developed a good balance between telling a familiar story and using humor as a way to promote thought and different perspectives. Yet, they, and all the other Yogya komikus chose to boycott the 2000 Comic Expo. Hopefully, by the 2001 Expo, komikus, publishers, and the Indonesian public will make more effort to look forward instead of back and support a more lively, relevant local comic industry.

Source: “Independence and idealism through Comics” Inside Indonesia No 62. July-September 2000. Dutch translation appears in Stripschrift. Jaargang 32 - nummer 10 (327).

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2005

Pada tanggal 8 September 2005 dalam acara “Gathering and Talk Show-It’s Graphic Designers United!” di arena FGD Expo 2005, Jakarta Convention Center, diterbitkan Memorandum ADGI kepada Gauri Nasution, Danton Sihombing, Hastjarjo B. Wibowo dan Mendiola B. Wiryawan untuk mempersiapkan Kongres ADGI dalam waktu 6 bulan.

Pada bulan Oktober 2005 para penerima mandat membentuk Tim Revitalisasi ADGI yang terdiri dari 14 orang desainer, yaitu; Andi S. Boediman, Ardian Elkana, Danton Sihombing, Divina Nathalia, Djoko Hartanto, Gauri Nasution, Hastjarjo B. Wibowo, Hermawan Tanzil, Ilma D. Noe’man, Irvan A. Noe’man, Lans Brahmantyo, Mendiola B. Wiryawan, Nia Karlina dan Sakti Makki. Tim ini bekerja selama 5 bulan untuk merumuskan platform “ADGI Baru”. Berdasarkan evaluasi terhadap kinerja ADGI pada masa lalu dirumuskan branding platform Adgi baru yang kini hadir dengan deskripsi Indonesia Design Professionals Association .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2006

Pada tanggal 22 Februari 2006 sekitar 40 desainer menghadiri “Designer Gathering” di LeBoYe atas undangan tim 14 yang mencanangkan Revitalisasi ADGI. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menghidupkan kembali asosiasi desainer yang sempat mati suri itu. Pertemuan malam itu menghasilkan logo baru Adgi serta rencana menggelar seminar pada bulan April 2006.

Setiap usulan dalam gathering dijadikan bahan diskusi dalam pertemuan-pertemuan Tim 14 sesudahnya, yang pada akhirnya menentukan fornat Adgi sebagai sebuah organisasi non-profit oriented yang berbentuk yayasan, yang berjuang bagi kepentingan anggotanya dan kemajuan desain nasional.

Pada tanggal 19 April 2006 bertempat di Ballroom Hotel Le Meridien, Jakarta diselenggarakan Kongres Adgi dimana terpilih formasi presidium yang terdiri dari 5 orang yaitu Andi S. Boediman, Danton Sihombing, Hastjarjo B. Wibowo, Hermawan Tanzil dan Lans Brahmantyo untuk mengemban tugas memimpin Adgi selama periode 1 tahun dengan mengusung tema “Unifying Spirits”. Implementasi gagasan desentralisasi telah melahirkan Adgi-Jakarta Chapter yang diketuai oleh Nico A.Pranoto dan Adgi-Surabaya Chapter yang diketuai oleh Yosua Alpha Buana.

Pada tanggal 16-30 Agustus 2006 Adgi menggelar pameran desain komunikasi visual “Petasan Grafis” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta dengan sub-judul “Pameran Nasionalisme Indonesia dalam Desain Komunikasi Visual”. Pameran yang dibuka oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu itu diawali dengan pemutaran video perjalanan IPGI sebelum menjadi Adgi, disusul penyerahan penghargaan untuk ke-5 pemenang kompetisi “Ide Awards” (Penghargaan Nasional Akademik Desain Grafis). Kompetisi ini diadakan khusus untuk mahasiswa desain komunikasi visual yang mewakili institusi-institusi pendidikan desain di Indonesia yang terbagi atas 3 pilihan tema:
1. Kemasan makanan tradisional Indonesia, misalnya ekspolorasi kemasan dodol durian, tape ketan dsb., mulai dari brand identity dan seterusnya
2. Event, misalnya promosi tari-tarian daerah, resital gamelan dsb., mulai dari logo event dan sebagainya
3. Destination Branding, misalnya mengolah program komunikasi visual suatu tempat yang menarik di Indonesia (pantai, museum, tempat bersejarah dsb.).

Setelah melalui penilaian dewan juri yang terdiri dari Hanny Kardinata (Desainer Grafis Senior), Sita Subijakto (Headline Creative Communication), Ipong Purnomosidi (Kurator Bentara Budaya, Jakarta), Nirwan Dewanto (Budayawan) dan Seno Gumira Ajidarma (Budayawan), keluar sebagai pemenang adalah karya “Dolanpiade” dari Digital Studio, Jakarta (Dicky Mardona, Meliana Sari Hermanto, Octavia Subiyanto, Rifki Zulkarnain, Welly Caslin); “Peranakan Idealis” dari Institut Kesenian Jakarta (Irvan Mulia Ahmadi, Rahayu Pratiwi, Husin Alkaff, Muhammad Rizki Lazuardy); “Lurjuk” dari Universitas Kristen Petra, Surabaya (Aileen Halim, Ang Siau Fang, Selvy Hermawan); “Batik Illusion” dari Universitas Bina Nusantara (Adeline Ardine, Fredy Susanto, Nadya Kartika) serta “Moralitas Pers” dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta (Kezia Winarta Wahyuni Wijayati, Lia Anggraeni, Filina Vicentia, Tafrian).

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2007

Pada hari Kamis, tanggal 19 April 2007 jam 09.00 s/d 13.00 WIB dilaksanakan Kongres Nasional Adgi kedua di gedung Galeri Nasional, Jakarta. Kongres dihadiri 45 peserta undangan yang terdiri dari praktisi (desainer) dan pendidik.

Kongres memutuskan dan menetapkan 4 agenda penting yaitu:
1. Penerimaan laporan pertanggungjawaban pengurus sebelumnya (presidium).
2. Penetapan draft AD/ART dan Kode Etik menjadi rancangan AD/ART dan Kode Etik untuk kemudian dihibahkan kepada pengurus mendatang untuk disempurnakan.
3. Pelantikan Dewan Penasehat yang terdiri dari: Gauri Nasution, Ign. Hermawan Tanzil, Irvan A. Noe’man, Iwan Ramelan, dan Wagiono Sunarto.
4. Pemilihan, dan pelantikan Ketua Umum Adgi untuk periode pengurusan 2007–2010 atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan yang tertera pada AD/ART yang telah disempurnakan. Dari 5 nama Calon Ketua Umum, terpilih satu dengan suara terbanyak yaitu sebanyak 27 suara adalah Danton Sihombing.

Selanjutnya, Danton Sihombing selaku Ketua Umum Adgi 2007-2010 telah menunjuk Mario Tetelepta sebagai Sekjen Adgi dan Irvan N. Suryanto sebagai Direktur Pengembangan dan Pemasaran Produk.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

17-25 April 2007

“1001 Inspiration Design Festival”, sebuah acara berskala besar pertama di bidang komunikasi visual Indonesia (desain grafis, multimedia, animasi) yang diselenggarakan oleh majalah desain grafis Concept dan Digital Studio College. Acara yang digelar pada tanggal 17-25 April ini secara umum dipecah dalam dua bagian yaitu “Inspiration Light Up” (seminar kreatif menghadirkan pembicara luar dan dalam negeri, yang berlangsung 17-19 April di Crown Plaza Jakarta) dan Exhibition (memamerkan karya peserta kompetisi desain “1001 Cover Concept”, karya lulusan Digital Studio College, karya para desainer Inggris, serta acara hiburan lainnya), yang berlangsung 20-25 April di Senayan City Jakarta).

Sebagai bagian dari “1001 Inspiration Design Festival” majalah desain grafis Concept mengadakan kompetisi desain “1001 Cover Concept” yang bermaksud memecahkan rekor dunia ‘majalah dengan variasi cover terbanyak dalam satu edisi’. Kompetisi dengan hadiah terbesar sepanjang sejarah ini (hadiah utama sebuah mobil Chevrolet-Kalos) diadakan dengan tujuan untuk memberi kesempatan kepada para desainer muda Indonesia untuk ikut merasakan menjadi pemecah rekor bersama-sama.

Total karya yang masuk berjumlah lebih dari 1300 karya, yang setelah didata dan dipilah, ditentukan 1001 pemecah rekornya. Pada tahap berikutnya tim intern Concept menyeleksi 208 karya yang dinilai unggul. Ke 208 karya tersebut disaring lagi hingga menjadi 101 semifinalis untuk kemudian dinilai oleh 5 juri yang terdiri dari Hanny Kardinata (Desainer Grafis Senior), Hermawan Tanzil (Creative Director LeBoYe yang mewakili Adgi-Indonesia Design Professionals Association), Mendiola B Wiryawan (Creative Director Mendiola Design yang mewakili FDGI-Forum Desain Grafis Indonesia), Vera Tarjono (Art Director Majalah Concept) dan Stefanus Aristo Kristandyo (Marketing Manager General Motor yang mewakili GM sebagai sponsor utama).

Penjurian yang berlangsung di Ruang Pamer Seni Rupa-Institut Kesenian Jakarta itu memilih 11 finalis, yang kemudian dipersempit hingga menjadi tiga pemenang, masing-masing sebagai juara pertama Daud Budi Surya Nugraha, juara kedua Marishka Cempaka Dewi dan juara ketiga Agra Satria.
Read On 0 komentar